Partikel Dasar Atom
Irfan nugroho
41610110062
PARTIKEL PENYUSUN ATOM
Atom adalah unit dasar dan bahan bangunan dari suatu unsur. Atom memulai reaksi dan proses kehidupan yang penting yang terjadi di sekitar kita. Atom adalah unit dasar dari setiap substansi yang menempati ruang dan memiliki massa dan volume yang pasti. Sebuah atom terdiri dari tiga partikel utama sub-atom yaitu proton, elektron dan neutron. Elektron membentuk awan di sekitar inti dan terikat ke inti oleh kekuatan elektromagnetik. Di tengah-tengah atom adalah inti yang mengandung proton dan neutron, secara kolektif disebut nukleon. Nukleon terdiri dari partikel yang disebut quark yang diselenggarakan bersama oleh kekuatan yang kuat yang ditengahi oleh gluon. Sebuah atom tidak memiliki struktur dan batas yang pasti. Di sini, kita akan mencoba untuk mengambil secara singkat melihat setiap partikel dan memahami perannya dalam atom. Perhatikan Model Atom Bohr berikut:
ELEKTRON
Ditemukan oleh JJThomson pada tahun 1897, sebuah elektron adalah partikel subatomik yang paling ringan yang terikat ke inti dengan gaya tarik-menarik antara elektron negatif dan proton bermuatan positif. Sebagian besar atom adalah ruang kosong di mana elektron mengorbit di sekitar inti dan mencoba untuk mencapai keadaan stabil. Elektron memainkan peran penting dalam banyak fenomena fisik seperti listrik, magnet dan konduktivitas termal.
NEUTRON
Neutron tidak memiliki muatan atau netral dan pada tahun 1932, seorang ahli fisika Inggris James Chadwick menemukan bahwa itu terletak pada inti. Neutron lebih lanjut terdiri dari partikel fundamental yang disebut quark. Hal ini terdiri dari 1 ke atas dan 2 quark ke bawah. Quark membawa nilai pecahan muatan dan karenanya menentukan muatan partikel. 1 quark atas = muatan ⅔ e dan quark bawah = muatan – ⅓ e. Oleh karena itu muatan neutron = ⅔ + (- ⅓ – ⅓) = 0. Dengan demikian, neutron tidak memiliki muatan.
PROTON
Jumlah proton yang hadir dalam inti atom dikenal sebagai nomor atom unsur. Massa atom terkonsentrasi di inti yang terdiri dari proton dan neutron. Massa proton dan neutron hampir sama, namun itu adalah 1.836 kali lebih berat daripada elektron. Muatan positif antara proton menyebabkan mereka saling tolak. Sebuah gaya nuklir kuat memegang proton bersama-sama. Gaya ini diberikan oleh kehadiran quark down 2 dan 1 dalam proton. Muatan pada proton = 2 (⅔) + (- ⅓) = 1. Dengan demikian, proton memperoleh muatan positif.
irfannugroho25062
Saturday, November 29, 2014
REVIEW JURNAL
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi jumlah pembentukan mikrokapsul sitronelal yang dilakukan melalui 2 tahap yaitu pembuatan mikrokapsul sitronelal dan uji efisiensi mikrokapsul sitronelal. Metode pembuatan mikrokapsul secara pengeringan beku (freeze drying) dengan memvariasikan penyalut maltodekstrin dan gum arab. Variasi komposisinya yaitu 15% dan 20% dengan perbandingan masing-masing (1:1), (2:3), dan (3:2). Hasil penelitian menunjukkan mikrokapsul dengan komposisi bahan penyalut 20% (3:2) menunjukkan nilai efisiensi pembentukan jumlah mikrokapsul sitronelal yang paling besar yaitu 33,69%.
Kata kunci: efisiensi, mikrokapsul, sitronelal.
PENDAHULUAN & TINJAUAN PUSTAKA
Sitronelal merupakan senyawa monoterpen yang terdiri dari gugus fungsi aldehid, sitronelal memiliki sifat yaitu mudah menguap dalam temperatur kamar, untuk mengatasi penguapannya maka dilakukan metode mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan metode yang digunakan untuk melapisi suatu bahan aktif atau bahan inti dengan suatu bahan penyalut sehingga dapat membentuk partikel berukuran mikro. Tujuan dari mikroenkapsulasi tersebut yaitu untuk melindungi bahan inti dari penguapan dan mengatur volatilitas dari bahan inti yang dienkapsulasi
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sugindro, dkk., 2008 dilakukan mikroenkapsulasi ekstrak etanol biji jinten hitam pahit untuk mengetahui efisiensinya menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan gum arab. Penggunaan bahan penyalut tersebut ternyata mampu membentuk mikrokapsul yang baik dengan variasi terbaik diperoleh pada konsentrasi bahan penyalut 20% dengan komposisi maltodekstrin dan gum arab (1:1) dan menggunakan ekstrak sebanyak 6%. Maltodekstrin dan gum arab dapat digunakan sebagai bahan penyalut karena maltodekstrin merupakan suatu polimer dan gum arab memiliki bagian hidrofobik dan hidrofilik sehingga mampu berfungsi sebagai emulsifier
METODA PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Freeze Dryer model FD-81, homoginezer, neraca analitik Ohaus, dan peralatan gelas laboratorium serta bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sitronelal dari PT. Aroma Indesso, maltodekstrin, gum arab, dan akuades.
Prosedur
Pembuatan mikrokapsul sitronelal
Mikrokapsul sitronelal dibuat dengan cara melarutkan maltodekstrin dan gum arab dalam akuades dengan variasi bahan penyalut seperti pada tabel 1. Volume bahan penyalut tersebut dihomogenisasikan dengan menggunakan homogenizer pada kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya campuran tersebut dienkapsulasi dengan alat pengeringan beku (freeze dryer).
Pengujian efisiensi dari mikrokapsul yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara penimbangan dari mikrokapsul yang kering atau yang telah tebentuk melalui proses freeze drying. Data berat mikrokapsul tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah bahan awal untuk pembuatan mikrokapsul sehingga diperoleh efisiensinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil mikrokapsul yang diperoleh, maka masing-masing mikrokapsul ditimbang. Rendemen jumlah mikrokapsul yang terbentuk disajikan pada tabel 2.
Berdasarkan tabel 2, maka dapat diketahui bahwa rendemen jumlah mikrokapsul yang paling banyak terbentuk adalah mikrokapsul dengan komposisi bahan penyalut 20% dengan perbandingan maltodekstrin dan gum arab 3:2 yaitu sebesar 33,69%. Pada komposisi tersebut bahan penyalut gum arab dianggap mampu menstabilkan emulsi dengan baik, sehingga maltodekstrin juga dapat melindungi bahan inti sitronelal dari oksidasi. Selain itu, kadar air yang rendah pada komposisi tersebut yaitu 30% dibandingkan komposisi penyalut 15% dengan kandungan air sebesar 35% akan menghasilkan emulsi yang baik sehingga jumlah mikrokapsul yang terbentuk semakin banyak.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang efisiensi jumlah pembentukan mikrokapsul sitronelal dengan bahan penyalut maltodekstrin dan gum arab, diperoleh mikrokapsul dengan efisiensi rendemen mikrokapsul sitronelal terbesar yaitu pada mikrokapsul dengan komposisi penyalut 20% (3:2) dengan nilai sebesar 33,69%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan Quinn M., E., 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, Inc., London.
2. Istiyani, Khoirul, 2008, Mikroenkapsulasi Insulin untuk Sediaan Oral Menggunakan Metode Emulsifikasi dengan Penyalut Natrium Alginat dan Kitosan, Skripsi, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
3. Sugindro, Mardliyatin E., dan Djajadisastra J., 2008, Pembuatan dan Mikroenkapsulasi Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam Pahit (Nigella Sativa Linn.), Majalah Ilmu Kefarmasian, 2, 5, 57 – 66, Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, Depok.
4. Chafid, Achmad, dan Kusumawardhani G., 2010, Modifikasi Tepung Sagu Menjadi Maltodekstrin Menggunakan Enzim Α-Amylase, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
5. Gaonkar, A.G., 1995, Ingredient Interaction On Food Quality, Marcel Dekker Inc., New York.
SUMBER JURNAL : http://kimia.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jikub/article/view/466
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi jumlah pembentukan mikrokapsul sitronelal yang dilakukan melalui 2 tahap yaitu pembuatan mikrokapsul sitronelal dan uji efisiensi mikrokapsul sitronelal. Metode pembuatan mikrokapsul secara pengeringan beku (freeze drying) dengan memvariasikan penyalut maltodekstrin dan gum arab. Variasi komposisinya yaitu 15% dan 20% dengan perbandingan masing-masing (1:1), (2:3), dan (3:2). Hasil penelitian menunjukkan mikrokapsul dengan komposisi bahan penyalut 20% (3:2) menunjukkan nilai efisiensi pembentukan jumlah mikrokapsul sitronelal yang paling besar yaitu 33,69%.
Kata kunci: efisiensi, mikrokapsul, sitronelal.
PENDAHULUAN & TINJAUAN PUSTAKA
Sitronelal merupakan senyawa monoterpen yang terdiri dari gugus fungsi aldehid, sitronelal memiliki sifat yaitu mudah menguap dalam temperatur kamar, untuk mengatasi penguapannya maka dilakukan metode mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan metode yang digunakan untuk melapisi suatu bahan aktif atau bahan inti dengan suatu bahan penyalut sehingga dapat membentuk partikel berukuran mikro. Tujuan dari mikroenkapsulasi tersebut yaitu untuk melindungi bahan inti dari penguapan dan mengatur volatilitas dari bahan inti yang dienkapsulasi
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sugindro, dkk., 2008 dilakukan mikroenkapsulasi ekstrak etanol biji jinten hitam pahit untuk mengetahui efisiensinya menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan gum arab. Penggunaan bahan penyalut tersebut ternyata mampu membentuk mikrokapsul yang baik dengan variasi terbaik diperoleh pada konsentrasi bahan penyalut 20% dengan komposisi maltodekstrin dan gum arab (1:1) dan menggunakan ekstrak sebanyak 6%. Maltodekstrin dan gum arab dapat digunakan sebagai bahan penyalut karena maltodekstrin merupakan suatu polimer dan gum arab memiliki bagian hidrofobik dan hidrofilik sehingga mampu berfungsi sebagai emulsifier
METODA PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Freeze Dryer model FD-81, homoginezer, neraca analitik Ohaus, dan peralatan gelas laboratorium serta bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sitronelal dari PT. Aroma Indesso, maltodekstrin, gum arab, dan akuades.
Prosedur
Pembuatan mikrokapsul sitronelal
Mikrokapsul sitronelal dibuat dengan cara melarutkan maltodekstrin dan gum arab dalam akuades dengan variasi bahan penyalut seperti pada tabel 1. Volume bahan penyalut tersebut dihomogenisasikan dengan menggunakan homogenizer pada kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya campuran tersebut dienkapsulasi dengan alat pengeringan beku (freeze dryer).
Pengujian efisiensi dari mikrokapsul yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara penimbangan dari mikrokapsul yang kering atau yang telah tebentuk melalui proses freeze drying. Data berat mikrokapsul tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah bahan awal untuk pembuatan mikrokapsul sehingga diperoleh efisiensinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil mikrokapsul yang diperoleh, maka masing-masing mikrokapsul ditimbang. Rendemen jumlah mikrokapsul yang terbentuk disajikan pada tabel 2.
Berdasarkan tabel 2, maka dapat diketahui bahwa rendemen jumlah mikrokapsul yang paling banyak terbentuk adalah mikrokapsul dengan komposisi bahan penyalut 20% dengan perbandingan maltodekstrin dan gum arab 3:2 yaitu sebesar 33,69%. Pada komposisi tersebut bahan penyalut gum arab dianggap mampu menstabilkan emulsi dengan baik, sehingga maltodekstrin juga dapat melindungi bahan inti sitronelal dari oksidasi. Selain itu, kadar air yang rendah pada komposisi tersebut yaitu 30% dibandingkan komposisi penyalut 15% dengan kandungan air sebesar 35% akan menghasilkan emulsi yang baik sehingga jumlah mikrokapsul yang terbentuk semakin banyak.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang efisiensi jumlah pembentukan mikrokapsul sitronelal dengan bahan penyalut maltodekstrin dan gum arab, diperoleh mikrokapsul dengan efisiensi rendemen mikrokapsul sitronelal terbesar yaitu pada mikrokapsul dengan komposisi penyalut 20% (3:2) dengan nilai sebesar 33,69%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan Quinn M., E., 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, Inc., London.
2. Istiyani, Khoirul, 2008, Mikroenkapsulasi Insulin untuk Sediaan Oral Menggunakan Metode Emulsifikasi dengan Penyalut Natrium Alginat dan Kitosan, Skripsi, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
3. Sugindro, Mardliyatin E., dan Djajadisastra J., 2008, Pembuatan dan Mikroenkapsulasi Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam Pahit (Nigella Sativa Linn.), Majalah Ilmu Kefarmasian, 2, 5, 57 – 66, Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, Depok.
4. Chafid, Achmad, dan Kusumawardhani G., 2010, Modifikasi Tepung Sagu Menjadi Maltodekstrin Menggunakan Enzim Α-Amylase, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
5. Gaonkar, A.G., 1995, Ingredient Interaction On Food Quality, Marcel Dekker Inc., New York.
SUMBER JURNAL : http://kimia.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jikub/article/view/466
Saturday, September 27, 2014
PENCEMARAN TANAH
Tanah yang subur merupakan tanah yang cukup mengandung
nutrisi bagi untuk berkembang baik bagi tanaman maupun mikroorganisme, dan dari
segi fisika, kimia, dan biologi. Namun tanah subur dapat rusak karena pencemaran
tanah.
Sebagaimana diketahui bahwa udara dan air tanah merupakan
komponen penting dalam hidup kita. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan
makluk hidup, Memelihara ekosistem, dan memelihara siklus air. Kasus pencemaran
tanah terutama disebabkan pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat (ilegal
dumping), Kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial , atau
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, Zat kimia, atau limbah, yang kemudiaan
tumpah ke permukaan tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap , Tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air,tanah dan udara
diatasnya.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah satu
komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan
mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan
mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Tetapi akhir-akhir ini, akibat kegiatan manusia, banyak
terjadi kerusakan tanah terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk,
daerah industri dan kawasan peternakan serta pertanian. Di dalam PP No. 150 th.
2000 di sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah
berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah.
Pencemaran Tanah mempunyai hubungan yang erat baik dengan
pencemaran udara maupun dengan pencemaran air. Bahan Pencemar yang terdapat di
udara larut dan terbawa oleh air hujan, jatuh ke tanah sehingga menimbulkan
pencemaran tanah.
Sebagai contoh gas gas karbon, oksida, nitrogen, oksida
belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun
ke tanah dapat menyebankan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan
terjadinya pencemaran dalam tanah.
Demikian pula bahan pencemar dalam air permukaan tanah (air sungai, air selokan, air danau dan air
payau) dapat masuk ke dalam tanah dan dapat menyebabkan Pencemaran Tanah.
Dengan demikian maka Lingkungan Hidup yang paling banyak dan mudah tercemar
adalah Tanah.
Tanah yang dimaksud adalah bagian permukaan bumi yang dihuni
oleh banyak makhluk hidup terutama manusia, tumbuh-tumbuhan bermacam-macam
hewan dan mikroorganisme. Selain itu di dalam tanah ini juga terdapat air dan
udara.
Penanganan pencemaran tanah bisa dilakukan dengan proses remidiasi.
Remidiasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Remidiasi
sendiri terbagi menjadi 2 yakni remidiasi on site adalah pembersihan di lokasi,
terdiri dari pembersihan, injeksi, dan bioremediasi. Remediasi off-site
dilakukan penggalian tanah yang tercemar kemudian tanah hasil galian dibawa ke
tempat yang aman yang selanjutnya dilakukan pembersihan. Cara lain adalah
dengan menggunakan teknik bioremediasi yakni proses pembersihan pencemaran
tanah dengan menggunakan mikroorganisme jamur dan bakteri yang bertujuan untuk
memecahkan atau mendegradasi zzat pencemar benjadi bahan yang tidak beracun/
kurang beracun.
Sumber
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/polusi_udara_jakarta/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_tanah
http://www.slideshare.net/debodconfeito/pencemaran-tanah
http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/11/ragam-penyebab-pencemaran-tanah.html
http://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-tanah.html
Subscribe to:
Posts (Atom)